Halal Membentuk Kehidupan Masyarakat Aman dan Damai (Bagian ke-1)

(PKPH, Cilegon)-Metabolisme tubuh merupakan proses kimia yang terjadi di dalam sel tubuh manusia untuk mengubah makanan dan minuman yang dikonsumsi menjadi energi dan kesehatan Sedangkan dari sisi agama, kehalalan makanan yang dikonsumsi merupakan hal pokok sangat prinsip. Sebagai kewajiban agama yang diperintahkan Allah di dalam Al-Qur’an maupun Hadits Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wassalam, dan menentukan keselamatan hidup manusia di dunia dan akhirat.
Jika makanan yang dikonsumsi halal, Insya Allah pasti selamat. Sebab otak-pikiran dan energi gerak dihasilkan akan selalu mengarah pada hal-hal yang positif. Tapi kalau makanan yang haram niscaya akan membawa pada keburukan, sehingga jadi celaka. Perhatikanlah makna hadits, “Setiap tubuh yang tumbuh dari (makanan) yang haram, maka api neraka lebih utama baginya (lebih layak membakarnya.” (HR. At-Thabrani).
Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam kepada sahabatnya, Ka’ab bin ‘Ujroh dengan makna: “Wahai Ka’ab bin ‘Ujroh, sesungguhnya tidak tumbuh daging yang berasal dari makanan yang haram, kecuali neraka lebih berhak untuknya.” (HR. At-Turmudzi).
Disebutkan An-Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar diriwayatkan dalam kitab Ibnus Sunni dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, dari Nabi Muhammad ketika makanan didekatkan kepadanya, beliau biasa mengucapkan “Allahumma baarik lanaa fii maa rozaqtanaa wa qinaa ‘adzaaban-naar, bismillah” (Ya Allah berkahilah kami dengan rezeki yang telah Engaku berikan kepada kami dan jauhkanlah kami dari siksa neraka). Doa tersebut biasa kita dengar dan dipraktekkan oleh kaum muslimin.
Agar Hidup Berkah
Subhanallah wal-hamdulillah, doa ketika akan makan dari Hadits Nabi saw. ini biasa didawamkan sejak kecil, dan mengingatkan sekaligus menekankan urgensi yang sangat mendasar. Yakni, agar dapat hidup berkah, maka rezeki-makanan yang dikonsumsi harus halal. Sehingga dapat terhindar dari siksa neraka. Sebaliknya, kalau tidak halal, tentu tidak akan berkah, dengan dampak tidak selamat di dunia, sedangkan di akhirat diancam siksa neraka. Na’udzubillahi min dzalik.
Dengan panduan yang telah ditetapkan ini, maka sebagai orang beriman, kita harus berusaha mencari rezeki dan mengkonsumsi makanan yang halal. Dalam satu Hadits Nabi saw. juga disebutkan, mencari rezeki yang halal itu wajib hukumnya, diantara kewajiban agama yang lainnya: “Tholabul halaali fariidhotun ba’dal fariidhoh. (Mencari rezeki yang halal itu merupakan kewajiban setelah ibadah fardhu).” (HR. Ath-Thabrani dan Al-Bayhaqi).
Mencari yang halal merupakan kewajiban atas setiap muslim, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Qudamah dalam kitabnya Mukhtashar Minhajul Qashidin: “Ketahuilah bahwa mencari yang halal adalah fardhu atas tiap muslim.” Karena demikianlah perintah Allah dalam ayat-ayat-Nya dan perintah Rasul dalam hadits-haditsnya.
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168).
As-Sa’di menafsirkan: “Ini adalah pembicaraan yang ditujukan kepada manusia seluruhnya, mukmin maupun kafir, bahwa Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka yaitu dengan Allah perintahkan mereka agar memakan dari seluruh yang ada di muka bumi berupa biji-bijian, buah-buahan, dan hewan-hewan selama keadaannya halal. Yakni, dibolehkan bagi kalian untuk memakannya, bukan dengan cara merampok, mencuri, atau dengan cara transaksi yang haram, atau cara haram yang lain, atau untuk membantu yang haram.” (Tafsir As-Sa’di).
berlanjut..
oleh: Prof.Dr. H. Ahmad Sutarmadi
Sumber: Minanews.net
Tags :