Etika Penggunaan Hewan Percobaan

a. Penggunaan Hewan Percobaan
Puluhan juta hewan percobaan digunakan di seluruh dunia setiap tahunnya untuk studi ilmiah dan pendidikan. Studi dalam ilmu kedokteran ,farmasi dan bidang lainnya sering kali menggunakan hewan percobaan seperti mencit, tikus, atau kelinci dan hewan lainnya, terutama untuk bidang fisiologi, neurosains, biomedis, genetik, farmakologi, perilaku biologis, pengembangan obat, atau uji preklinis. Terlepas dari kemajuan baru-baru ini yang menyebabkan lebih sedikit hewan yang digunakan untuk beberapa tujuan, jumlah total hewan yang digunakan dalam penelitian telah tumbuh selama beberapa tahun terakhir, kemungkinan besar karena lebih banyak penelitian biomedis sedang dilakukan di seluruh dunia.
Dampak penelitian atau studi ilmiah menggunakan hewan percobaan bervariasi mulai dari efek yang hampir tidak signifikan terhadap kesejahtraan hewan (animal welfare) misalnya pengamatan perilaku hewan, hingga efek besar pada beberapa studi yang menjalani prosedur yang sangat menyakitkan atau menyedihkan. Kesejahteraan hewan juga dapat terpengaruh jika kandang tidak memenuhi kebutuhan hewan, tranfortasi tidak sesuai , pemberian pakan yang tidak sesuai dan beberapa faktor lainnya .
b. Apa itu kesejahtraan hewan ?
Kedekatan manusia dengan hewan telah dimualai sejak ribuan tahun yang lalu, sebelum sejarah mulai ditulis dan pada waktu itu manusia mulai menggambarkannya pada dinding gua sebagai bentuk gambaran keakrabannya dengan manusia. Secara disadari atau tidak, hewan telah masuk ke dalam nilai-nilai sosial, kultur, religi dan dalam kehidupan sehari-hari. Hewan dianggap tidak memiliki akal pikiran namun dapat merasakan penderitaan,sedangkan manusia dengan segala akar pikiran dan juga dianggap memiliki hati nurani untuk memberikan simpati terhadap sesama mahluk sang pencipta. Pada abad ke-18,muncul gagasan untuk pemenuhan kebutuhan dasar hewan, yang kemudian pada awal abad 19 dimulailah dirintis gagasan pemikiran tersebut dalam bentuk legislasi di Amerika Utara dan Eropa tentang kesejahtraan hewan. Kemudian dunia international pada tahun 1979 dimotori negara amerika utara dan eropa mencoba mengatur aspek kesejahtraan hewan dengan pemenuhan kebutuhan dasar hewan yang lebih dikenal dengan five freedom,yaitu:
-Bebas dari rasa lapar, haus dan malnutrisi (Freedom fromhunger,thirst,and malnutrition)
-Bebas dari ketidaknyamanan (Freedom from discomfort)
-Bebas dari rasa nyeri, luka dan sakit (freedom from pain, injury and disease)
-Bebas mengekpresikan perilaku alaminya (freedom to express normal behaviour)
-Bebas dari rasa takut dan tertekan (freedomfromfear and distress).
Di Indonesian penerapan kesejahtraan hewan diatur pada Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 junto 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Mengacu pada undang-undang tersebut kesejahtraan hewan didefinisikan segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak wajar terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Prinsif kesejahtraan hewan harus diterapkan pada kegiatan:penangkapan dan penanganan, penempatan dan pengandangan, pemeliharaan dan perawatan,pengangkutan, penggunaan dan pemanfaatan, perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap hewan, pemotongan dan pembunuhan, dan praktik kedokteran perbandingan atau penggunaan hewan percobaan/laboratorium.
c. Prinsif Penggunaan Hewan Percobaan
Studi atau penelitian merupakan salah satu bentuk perwujudan dari rasa ingin tahu agar memperoleh jawaban atas permasalahan. Beberapa studi dapat dilakukan di laboratorium dengan cara kerja in vitro dengan menggunakan bahan hidup seperti galur sel, namun beberapa studi diperlukan penggunaan hewan hidup secara utuh. Sebagai manusia beradab maka para peneliti harus menggunakan hewan percobaan dengan menghormati pemenuhan kebutuhan dasar hewan atau five freedom . Selain itu dikenal juga etika penggunaan hewan percobaan yang dikenal dengan 3 R yaitu:
a.Replacement artinya menggantikan hewan percobaan dengan cara lain untuk mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan (dengan menggunakan model komputer, kultur jaringan, organ buatan, dan lain sebagainya untuk memahami proses biologis). Ada 2 (dua) cara replacement yaitu: 1) replacement relatif yaitu menggunakan hewan percobaan sebagai donor organ,jaringan atau sel 2) replacement absolut yaitu tidak memerlukan bahan dari hewan melainkan memanfaatkan galur sel atau program.komputer. Beberapa upaya para pakar untuk menggantikan hewan percobaan dengan biakan in vitro, salah satunya adalah studi keamanan dan kemanjuran vaksin melawan tuberculosis yang masih membunuh lebih dari satu juta orang setiap tahun diuji secara ekstensif pada tikus. Saat ini dikembangkan pengujian untuk menentukan kemanjuran vaksin tersebut secara in vitro.
b) Reduction artinya mengurangi jumlah hewan percobaan sedikit mungkin, hal ini dapat dibantu dengan ilmu statistik,program computer, teknik-teknik biokimia dan tidak mengulangi percobaan dengan hewan percobaan. Selain itu upaya lain dengan melakukan kajian psikologis hewan seperti yang dilakukan Micahael Walker dan kawan -kawan di Universitas Guelph di Kanada menunjukkan bahwa strain tikus yang berbeda dapat ditempatkan di kandang yang sama tanpa mempengaruhi kesejahteraan mereka (kekhawatiran sebelumnya adalah bahwa strain tersebut mungkin pertengkaran). Ini berarti bahwa percobaan yang sangat efisien menggunakan strain tikus yang berbeda untuk meningkatkan keandalan hasil dapat digunakan sehingga secara total lebih sedikit tikus yang digunakan dalam suatu percobaan.
c) Refinement artinya mengurangi ketidaknyamanan hewan percobaan misalnya menggunakan analgesic dan lain sebagainya. Upaya lain dengan melakukan studi perilaku hewan seperti yang dilakukan Dr. Brianna Gaskill dan rekan-rekannya meneliti kenyamanan termal tikus yang digunakan dalam penelitian. Penelitian mereka menunjukkan bahwa sebagian besar tikus terlalu dingin – tikus lebih suka menjadi agak hangat – sekitar 25 o C, jauh lebih hangat daripada kebanyakan rumah penelitian. Salah satu solusinya adalah meningkatkan suhu kamar, tetapi para peneliti menunjukkan bahwa solusi yang jauh lebih baik adalah memberikan bahan bersarang tikus seperti sebagai potongan kertas. Tikus membangun sarang mereka sendiri dari kertas, sama seperti mereka akan membangun sarang di alam liar. Begitu berada di dalam sarang, tikus diisolasi dan jauh lebih hangat daripada di luar. Jika mereka menjadi terlalu hangat, mereka dapat meninggalkan sarang, sehingga mereka memiliki kendali atas suhu mereka sendiri. Selanjutnya, tindakan membangun sarang memberikan stimulasi bagi hewan. Penyediaan bahan bersarang untuk tikus sudah rutin di beberapa negara.
Oleh:drh Jajang Deni
Dinas Pertanian Provinsi Banten
Email: jajangdeni5@gmail.com
Daftar Pustaka
Griana B Naskel, Christopher J Gordon, Edmond A Pajor,Jefrey R Lucas, Jerry K Davis, and JosephP Garner, 2013. Impact of nesting material on mouse body temperature and physiology PubMed (nih.gov). http://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23313562/
Indonesia. Undang -Undang Nomor 18 Tahun 2009 junto Undang-undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Micahael Walker,Carole Fureix, Rupert Palme, Jonathan A,Newman, Jamie Ahloy Dalaire and Georgia Mason. 2016. Mixed-strain housing for female C57BL/6, DBA/2, and BALB/c mice: validating a split-plot design that promotes refinement and reduction nih.gov).https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4729181/PDF/12874_2016_article_113.pdf
Rachel Tanner, 2012. Development of mycobacterial growth inhibition assays for early evaluation and gating of novel TB vaccine candidates'. University of Oxford.
Tanner R, and McShane H. 2016. Review Article: Replacing, reducing and refining the use of animals in tuberculosis vaccine research. ALTEX Online, first published 26 Sept 2016. http://dx.doi.org/10.14573/altex.1607281.
William Russel and Rex Burch , 1959. The principles of humane Experimental technique. 3R principle by Russel and Burch: University of Hohenheim (uni-hohenheim.de).https://www.uni-hohenheim.de/en/3-r-principle
Tags :